Mengenal Wanita Tangguh, Pemilik Julukan Dzatin Nithaqaini

Rabu, 28 April 2021 19:02 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sering kali kita mendengar tentang wanita-wanita tangguh di sekitar kita. Dari zaman ke zaman banyak sekali sosok wanita yang membuat kita terkagum kagum oleh keberanian, kesabaran, dan ketangguhan mereka. Salah satunya wanita yang hidup di zaman Rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam, Asma binti Abu Bakar Al-Qurasyiyyah At-Tamimiyah Radhiallahu Anha.

Sering kali kita mendengar tentang wanita-wanita tangguh di sekitar kita. Dari zaman ke zaman banyak sekali sosok wanita yang membuat kita terkagum kagum oleh keberanian, kesabaran, dan ketangguhan mereka. Salah satunya wanita yang hidup di zaman Rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam, Asma' binti Abu Bakar Al-Qurasyiyyah At-Tamimiyah Radhiallahu Anha, putri dari laki-laki muslim utama dalam Islam sesudah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu Ibunya adalah Qatilah binti Abdul Uzza ibn Abdi As'ad ibn Nashr ibn Mâlik ibn Hisl ibn Amir al-'Amiriyyah. Asma binti Abu Bakar adalah sosok ibu dari seorang sahabat besar, Abdullah ibn Zubair Radhiallahu Anhu, dan saudara wanita dari Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu Anha.

Julukan Dzatin Nithaqaini (wanita yang memiliki dua ikat pinggang) dimulai pada saat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam dan ayahnya, Abu Bakar Radhiallahu Anhu, hendak melaksanakan hijrah di malam hari.Abu Bakar Radhiallahu Anhu berkata, "Carikan untukku suatu gantungan untuk bekal Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dan suatu tali untuk geriba (wadah air)!" Asma Radhiallahu Anha menjawab, "Aku tak mendapatkan sesuatu pun selain ikat pinggangku."Abu Bakar Radhiallahu Anhu berkata, "Berikanlah kepadaku". Asma Radhiallahu Anha mengatakan, "Aku telah memotongnya menjadi dua: satu untuk bekal makanan dan yang satu untuk geriba.”

Karena itulah, Asma mendapat julukan Dzâtin-Nithaqaini (Pemilik Dua Ikat Pinggang). Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam berdoa, "Semoga Allah mengganti ikat pinggangmu ini dengan dua ikat pinggang di surga. Tidak hanya itu, pembelaan Asma Radhiallahu Anha terhadap Islam pun ditunjukkan olehnya melalui keberaniannya untuk ikut serta dalam perang Yarmuk bersama suaminya, Zubair Radhiallahu Anhu.

Saudari dari Aisyah Radhiyallahu Anha ini mempunyai jiwa yang dermawan dan mulia tidak pernah menunda sesuatu hingga esok hari. Suatu ketika dia jatuh sakit, kemudian dia segera memberikan seluruh harta yang dipunyainya. Dulu dia pernah berkata pada anak-anak dan keluarganya, "Berinfaklah kalian, dan bersedekahlah, dan jangan kau menunda keutamaan. Jika kalian menunda keutamaan, kalian tidak akan pernah mendapatkan keutamaan. Dan jika kalian memberi sedekah, kalian tidak akan kehilangan."

Tentang kedermawanan Asma Radhiallahu Anha Abdullah bin Zubair Radiallahu Anhu (putranya) berkata, "Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma Radhiallahu Anhuma'. Kedermawanan mereka berbeda. Adapun Aisyah Radhiallahu Anha, sesungguhnya dia suka mengumpulkan sesuatu, hingga setelah terkumpul semua, dia pun membagikannya. Sedangkan Asma' Radhiallahu Anha dia tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya."

Tatkala Asma Radhiallahu Anha mengunjungi Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dan berkata, "Wahai, Rasulullah, tak ada sesuatu yang berharga di rumah saya kecuali kuda yang dibawa Zubair. Bolehkah saya memberikan sebagian pendapatan saya kepadanya?''

Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam menjawab :"Berikanlah sesuai kemampuanmu dan janganlah kikir, sehingga orang lain akan kikir terhadapmu."

Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa mencari nafkah bagi seorang istri untuk mengurangi beban suami di perbolehkan, akan tetapi meski mencari nafkah bagi seorang istri diperbolehkan, Syekh al-Qardhawi menyebut bahwa terdapat catatan bagi istri apabila hendak mencari nafkah.Persyaratannya, antara lain, adalah pekerjaan yang dilakukan harus bersifat halal, tidak mengundang khalawat, tidak menyakiti hati keluarga dan suami serta tidak membuat anak-anaknya telantar.

Kemudian, bagaimana dengan pekerjaan rumah yang kadang terbengkalai? Sesungguhnya, dalam rumah tangga dikenal prinsip gotong royong, yang satu sama lain saling melengkapi. Jika istri terpaksa harus bekerja di luar rumah yang disebabkan satu dan sekian alasan, suami juga perlu mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bila sedang berada di rumah.

Dalam hadist riwayat Imam Ahmad berbunyi: "Dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya ia berkata: seorang laki-laki bertanya kepada Aisyah: '(Wahai Aisyah), apakah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam juga melakukan pekerjaan di rumahnya?' Aisyah pun menjawab: 'Ya, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam sering mengesol sandalnya, menjahit pakaiannya, serta melakukan sesuatu di rumahnya sebagaimana salah seorang dari kalian lakukan di rumah'."

Disebutkan dalam Shahih Bukhari, Abu Bakar memiliki istri bernama Qatilah. Menurut sebagian sejarawan, Qatilah tidak memeluk agama Islam, sehingga Abu bakar Radhiallahu Anhu memilih untuk menceraikan Qatilah pada masa jahiliyyah. Setelah Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, Qatilah pergi ke Madinah untuk menemui putri tercintanya, Asma’ binti Abu Bakar Radhiallahu Anha. Dengan membawa hadiah, akan tetapi, Asma Radhiallahu Anha menolak hadiah dari ibunya. Dia menolak karena ibunya belum masuk Islam. Ketika Rasulullah mengetahui perihal tersebut, beliau meminta Asma untuk selalu menjaga hubungan baik dengan ibunya, sekalipun beda agama.

Allah Subhanahu WaTa’ala. menurunkan wahyu kepada Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam berupa surah Al-Mumtahanah ayat 8

لَا يَنۡهٰٮكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيۡنَ لَمۡ يُقَاتِلُوۡكُمۡ فِى الدِّيۡنِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوۡكُمۡ مِّنۡ دِيَارِكُمۡ اَنۡ تَبَرُّوۡهُمۡ وَ تُقۡسِطُوۡۤا اِلَيۡهِمۡ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الۡمُقۡسِطِيۡنَ

 “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”.

Keadaan ini Memberitahukan kepada kita akan pentingnya toleransi dan berhubungan baik dengan nonmuslim terutama mereka masih memiliki hubungan darah dengan kita, terutama ibu kita, serta mengajarkan kita arti toleransi beragama. Sebab Islam adalah agama yang membawa kasih kepada semesta alam, maka mari kita tebarkan kedamaian pada semua umat manusia.

Referensi

www.muslim.or.id-mengenal-asma-binti-abu-bakar-muhajirin-yang-terakhir-wafat,diakses pada 24 maret 2021 pukul 13.00 WITA

www.salam.or.id-kisah-asma-binti-abu-bakar,di akses pada 25 maret 2021 pukul 18.00 WITA

www.bincangmuslimah.or.id-keluarga-asma-punya-ibu-non-muslim-rasulullah-tetap-perintahkan-asma binti-abu-bakar-muliakan-ibunya,di akses pada jumat 26 maret 2021 pukul 15.00 WITA

www.islami.or.id-asma-binti-abu-bakar-dan-ibunya-yang-non-muslim,di akses pada jumat 26 maret 2021 pukul 03.00 WITA

*Mahasisiwi Semester 4 Prodi KPI STIBA Ar Raayah Sukabumi

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Robiah Ramadhani Syarief

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua